~~~
Mengenalmu. Tak perlulah aku berlama-lama menatapmu. Sungguh ku sudah merasa lama mengenalmu saat kau terus mengalah akan sikapku yang selalu saja membuat kepalamu pening.
Jika aku diberi kesempatan menulis puisi untukmu. Akuingin menulis ini.
Aku ingin terus mengikutimu.
Seperti angin yang menghembus lembah hutan.
Aku mencintaimu.
Seperti lautan bersama ombaknya.
Aku menyayangimu.
Seperti riak air terjun pada sungai.
Aku mengasihimu.
Seperti sepeda pada rodanya.
Terimakasih selalu membersamaiku.
Mencintaimu sungguh ku setiap hari mencari makna cinta yang ada pada dirimu. Semakin ku cari. Semakin dalam perasaanku padamu.
Jika maafku bisa menebus ridhamu. Sungguhlah aku akan mengatakan itu ribuan tahun sepanjang usiaku.
Aku tak mengerti terbuat apa hatimu. Sehinggaku tak menemukan celah amarah meledakmu sepanjang usia pernikahan kita. Padahal aku justeru selalu memancing emosimu. Tapi sia sialah usahaku. Engkau tetap bergeming pada sabarmu seperti daun yang jatuh dari rantingnya. Mengalir terbawa angin dengan tenang.
Aku jatuh cinta pada dirimu yang bersabar atas kelakuanku. Keegoisanku. Kekanak-kanakkanku.
Terimakasih atas sabarmu .
Seperti riaknya air hujan pada bumi.
Debumnya ombak pada pantai.
Semilirnya angin pada udara.
Dan pada setiap ucapanmu,
"Aku hanya bisa mendoakanmu agar terus bersabar pada anak-anak"
~~~
Kekasihmu yang mengkhawatirkan kesehatanmu.
Jakarta, 8 des 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar