Rabu, 22 Desember 2021

belajar menjadi single parents

Bismillaah... 

Sejak shofwan sakit. Saya merasakan rasanya menjadi single parents. Saya yakin Allaah ta'ala punya banyak hikmah utk diri saya. 

Bagaimana rasanya menjadi single parents ketika hamil? 

Sudah sejak hari kelima - keenam anak ini sudah sehat. Bermain. Ceria. Tapi entah hari ketujuh dia panas lagi. Paniknya subhanallaah. Saya takut shofwan kena DBD. Dengan melihat pola demamnya yg seperti pelana kuda. Sebenarnya saya ingin nekat bawa krumahsakit sendirian. Qadarullaah, uang tak ada. Lebih tepatnya takut kurang saat membayar biayanya. Akhirnya sy segera wasap suami utk pulg sore dan segera bawa shofwan ke rs. Sejam dua jam nunggu tak centang dua jua.  Sempet wasap istri teman kerjanya. Tp saya sungkan dan malu. Utk meminta tolong agar titip pesan ke suaminya utk memberitahu agar suami sy bs menyalakan data hpnya. Alhamdulillaah sebelum mengutarakan mksd sy. Suami membalas. Ya akan pulg sore.
Alhamdulillaah. Seperti oase di padang pasir. 

Setelah sampai di rumahsakit. Sbuhnallaah ramai sekali igd hari ini diisi oleh anak2. Baik bayi br lahir hingga yang balita usia 6tahunan.
Qadarullaah, krn cek lama . Adik shofiyya minta pulg. Dan sy riskan tentunya dia lama2 di Rs. Melihat bnyknya anak2 yg sakit. Alhirnya, aku meminta suami utk membawa adik s pulg. 

Disinilah, kemudia aku merasakan peran menjadi single parents. Menunggui shofwan sendirian. Dan menenangkannya disaat dirinya takut melihat jarum suntik. Shofwan sempat mau dipasang instalasi infus ditangannya. Tapi aku menolak. Krn belum melihat hasil lab darah, rongsen dan swabnya. Berharap rawat inap tdk terjadi pd shofwan. Krn sungguh sy bingung gmn sama adik s. Tidak ada yg menjagainya jika ayahnya masuk kerja. Sungguh hidup di rantauan itu banyak perjuangannya. Rasanya mau nangis tapi tidak bisa krn hrs menenangkan shofwan. 

Keputusan rawat inap terjadi. Dokter menyarankan utk dirawat krn melihat hasil lab darahnya yg kurg bagus ditambah hasil rongsen yg mengarah pada infeksi pernafasan atas. Nilai leukositnya msh menandakan bnyknya bakteri di tubuh shofwan. Khawatir jk pulg krmh. Panas akan berulang kembali. 

Akhirnya sy harus mengurus ruang kamar di admin. Meninggalkan shofwan sendiri di bed. Menenangkan dulu. Bahwa nnt sy akan kembali lagi bersamanya. Menguatkannya bahwa insyaa Allaah setelah ini ia akan kembali sehat. Disaat pasien lain ada yg menemani, dan saya hny berdua dg shofwan. Subhanallaah. Terasa teriris hati rasanya. Lebih terasa irisannya dg kondisi bayi di dlm perut. Hingga teringat 3 tahun lalu. Samaseperti sy mengandung adik s. Dan shofwan harus rawat inap dg kasus yg sama. Leukosit melebihi batas normal .

Saat sy kembali, shofwan nangis. Mungkin merasakan takut krn ditinggal cukup lama. Hati rasa mau nangis tapi alhamdulillaah sudah terlewati. Ya beginilah rasanya menjadi single parents.

Akhirnya, aku hrs menggendong shofwan naik kursi roda. Subhanallaah, allaah memudahkan diri ini. Dan bayi yg di dlm. Tubuh tidak merasakan apa2. Meski sdg sakit tenggorokkan. Dan pasrah saat diswab demi syarat menjadi penunggu pasien. Alhamdulillaah tdk ada maslah apa2. 

Masuk ruangan sudah gelap. Jam 9malam kurglebih. Cumaberdua. Dg bekal kue dan air sisa setengah. Alhamdulillaah pertolongan Allaah datang. Ibu mertua dan 3 krucilnya dtg. Akhirnya suami dtg, shofia ditinggal drumah bersama neneknya. Sy yakin shofia tidak akan betah. Pasti nangis . Benar saja. Gak lama suami dtg membawa baju dan sgala perlengkapannya. Tak tega ditelpin shofia nangis . Akhirnya suami pulg. Tadinya mau saya. Tp nnt gmn shofwan. Sy bingung. Akhrnya kami memutuskan tetap sy yg di rs. Nginep berdua sm shofwan. Sedih campur aduk. Menenangkan shofwan yg minta pulg terus.

Pagi harinya shofwan terus nangis minta pulg. Tidak betah. Sy pun makan seadanya. Sisa makanan shofwan dan nasi semalam yg msh layak dimakan. Alhamdulillaah. Dg kondisi tenggorokkan sakit. Subhanallaah nikmat sekali. Visit dokter hr ni hanya dsuru ikut instruksi dokter anak. Boleh pulg atau tidak. Krn saat itu shofwan sdh tidak panas, tidak batuk dan pilek. Kesedihan sy bertambah saat melihat pasien lain ditemani ibunya atau suami. Saya hanya sendiri. Saat mau ke kamar mandi, sll menenangkan shofwan dl. dst. 

Hari kedua malamnya. Dsa pun dtg utk visit. Dan sy menjelaskan bhwsnya shofwan sdh tdk ada keluhan. Disamping ingin buru2 pulg krn cuti suami sdh habis . Harus masuk kembali bekerja. Shofia nangis krn tidak ada ayahnya. Dan sy msh di rs. Alhamdulillaah dsa membolehkan shofwan pulg. Masyaa Allaah sy teriris harus berpisah lamanya dg anak perempuan satu ini. Saya kangen. Krn dari dia lah sy belajar soal lapang dada dan keikhlasan. 

Lebib teriris saat sy harus mengurus surat kepulangan di admin dan obat meninggalkan shofwan sendiri di bed.

"Bu, disuru ke admin utk kepulangan shofwan"
"Baik sus,, "
"Ibu jaga sendiri? "
"Iya sus... "

Sedih ga? Ya begitulah. Lama menunggu laporan suster. Shofwan tidur. Alhamdulillaah sy jadi bs meninggalkannya ke admin. Tapi pas ambil obat. Sy lagi2 harus meninggalkan shofwan. Dan kondisi shofwan sudah terbangun. Sy menenangkan dia dl. Bhw sy hny sebentar ambil obat. stlh itu kembali. Saat sy kembali. Shofwan sdh kondisi di lantai berdiri. Menangis mencari sy. Sy sedih sekali. Masyaa Allaah. Yg sy sesali orgtua pasien (bpknya krn ibunya sdg pulg ambil perlatan) tidak peduli klo shofwan nangis mencari sy. Kenapa dia tidak panggilin suster atau menenangkan sebentar saja . Qadarullaah wamaa syafa'al. Utk para pembaca tulisan ini. Jk kalian kondisinya mjd penunggu pasien, dan menemukan pasien sblh sdg tdka ada penunggunya, ya empati sedikit. Jk tdk mau repot panggilah suster. Agar si pasien tdk tertekan krn merasa sndr saat penunggunya sdg keluar atau ke kamar mandi. 

-end-


Selasa, 14 Desember 2021

mencintai dengan hati

Bismillaah... 

"seringnya.. kondisi yang menyedihkan.. atau menyesakkan.. menggiring ke arah kondisi terbaik dalam hidup kita.." -ummu uwais catur-

Saya sangat bersyukur dipertemukan dg wanita satu ini. Figur yg sangat sy kagumi dr sekolah sma. Melalui beliau masyaa Allaah hidayah menyapa. 
Ulama mengatakan "pertahankanlah teman shalih yang menuntutmu dlm kebaikan. Krn memutuskan pertemanan itu mudah namun menggenggamnya yang sulit. 
Saya lupa ini perkataan ulama siapa. 

Saya menyadari hidup ini adalah perjalanan kita ridho trhd takdirNya. Takdir tidak bekerja. Takdir memiliki suami tidak sesuai keinginan. Takdir memiliki anak yang tidak cemerlang. Takdir memiliki harta yang seadanya. Dan lain sebagainya. Masyaa Allaah. Segala puji bagi Allah yang mengatur hikmah kehidupan hambaNya. 
~~~
Kemarin , shofiyya poop. Nangis2. Bilang keras. Sakit. Subhanallaah, saya baru melihat dan terenyuh. Bagaimana seorang anak butuh pada ibuknya. Sangat butuh melebihi rasa sakit atau senangnya. Bagaiman la sy tega meninggalkannya utk bekerja. Sy sungguh mencintainya karena Allaah. Sosok anak yang Allah berikan pada saya. Agar sy belajar berlapang dada setiap kejadian yang datang menyakiti kita. Seperti dirinya yang jarang menangis lama ketika terjatuh atau terluka. Dirinya yang selau menjadi bulan2an abangnya yang temprament saat salah hanya sedikit.
Dan hari ini saya kangen melihat sosok dan mencium baunya. Sudah seharian ini tidak bertemu. Krn harus menunggu abangnya yang harus opname drumah sakit. 

Uhibbukifillaah shofiyya. Habibaty. Robbi habli minasholihiin.