Senin, 30 November 2020

memilih takdir

Saya termenung setelah membaca novelnya Seseorang. Sayalupa nama pengarangnya. Judulnya "Rindu Ibu"
Betapa gigihnya si ibu dalam mendidik dan merawat 5 anak. Punya anak laki-laki satu2nya. Yang berhasil di kancah profesi.
Saya termenung saat ayah anak2nya meninggal. Suami yang dicintainya meninggal. Dan si ibu berkata "ternyata hidup segini aja"
Saya merenungi kalimatnya. Yang seolah2 hidup sungguh sebentar sekali. Hari ini memperjuangkan pendidikan anak2. Besok memetik hasilnya. Hidup serba enak. Kemudian Allah menyuruhnya pulang.
Kembali. Tanpa bisa mengajak siapapun. Sendiri. 
Saya merenungi hidup ini. Seandainya kita bisa memilih takdir. Pastilah kita hanya ingin yang enak. Pilihansesuai kehendak kita. 
Tapi nyatanya kita ndak bisa memilih. Hanya disuruh menjalani takdir. Bagaimana kita menjalani barulah kita bisa memilih. Memilih menjalani dengan kebaikan atau keburukkan. Dan semua ada konsekuensinya.

"Aku rindu ibu dan aku rindu kesendirianku"

Jumat, 06 November 2020

perihal rejeki anak

Anak pertama. Sungguh banjir hadiah. Krn statusku msh pengajar di salah satu madrasah. Kusenang gembira . 
Anak kedua. Sungguh banjir air mata. Krn statusku yang full IRT. Ga ada circle pertemanan di luar selain keluargaku dan tetangga yg tiap hari bertemu. Selain momen persalinan SC. Hingga ku slalu menyesali keadaan. Kenapa anak ini tak semudah anak pertamaku. Meski penuh drama saat melahirkan si abang S. Tp ketika hari H. Alhamdulillaah abang S spontan lahirnya. Padahal BBnya lbh besar abang S drpd dek S. Lihatlah betapa menderitanya diri ini. Dan ketidakrencanaan kami. Dek S sungguh anak yang kuat. Masyaa Allah. Dan sampai detik ini, kami menemukan qurrota 'ayun ada padanya. Selalu menyenagkan hati kami. Selalu bersabar dan jika menangis hanya sebentar. Cukupdikasih mantra dan pelukan dari kami. Aku atau ayahnya.
Pernah ku celetuk "anak tak diduga nih"
Ayahnya menyambar dg ucapan menohok bagiku. 
"Iya tapi menyenangkan"
Ya Rabb,,, faghfirlii... 
Ku sungguh selalu berucap. "Anak orang kaya nih" Periksa di puskesmas. Lahir di rumahsakit gede. Beda sama shofwan. Periksa di rs gede. Dapet kelas VIp. Tp lahir dipuskesmas. Mungkin benar adanya. Ucapan adalah doa. Setelah dek S lahir. Kami mampu membeli rumah. Meski msh nyicil sisanya kpd pemilik rumah.yg notebenenya mau banget rumahnya kita beli. Semoga bs cepat kelar. 

Ku sungguh sedih krn saat dek S lahir. Tdk ada baju baru. Hny lungsuran dr kakak dan sepupunya. Semua fix bekas. Tp ada beberapa yg ku beli. Lihatlah? Betapa anak sudah diatur rezekinya. Tnpku bekerja. Baju dan perlengkapannnya sudah tersedia. Dapat lungsuran stroller dan baby walker pula. Semua lungsurannya masih bagus. Jarang dipake ceunah.
Selang bbrp bulan dapet lungsuran baju2 gamis dari  adiknya kk ipar. Kondisinya? Jangan tanya. Masih bagus ma syaa Allah. Krn memang beliau "horang kayah".hihi.

 Semua lungsuran tp berasa masih baru.
Dek S. Kusungguh jatuh cinta padamu krn Allah. Darimulah rasa tawakkalku semakin menguat. Bahwasanya rezeki Allah yg ngatur.

Ah iya ku mau kasih kisah kmrn liat tanya jawab ustadz di tivi. 
Q : ustadz, bagaimana menyikapi bhwsnya syurga atau neraka seseorang sdh ditetapkan. Jd buat apa susah payah beribadah? 
A : antum yakin ga rejeki sdh diatur? Trus ngapain kita kerja. Diem aja drumah. Kalo kita yakin rejeki sdh diatur dan kita kerja keras banting tulang buat jemput rejeki itu. Gimanalah dg syurga? Apabedanya dg syurga. Kalo kita ga kerja keras ibadah gimana mau dapat syurga? 
Ini sy bawakan ayat Allah. Allah yg tidak pernah ingkar janji . " Orang2 beriman dan beramal sholih kekal dlm syurga" Apa antum belum yakin? Jd berlelah lelahlah dlm meraih syurga.
*kurg lbh spt itu . Mencerahkan pikiran sy dan suami. Yg saat sy cerita beliau tnyt prnh dtny kyk gt. Tp suami gatau jwbnnya jd cm diem aja.

masakan ber SNI nya mama

Sebelum pandemi. Kuseringnya nginep drumah mama. Meski kecil tp hangat. Namun satu sisi ku jd tak berkembang. Sayapku mengecil disana. Saat pandemi. Aku full disini. Drumahku bersama keluarga kecilku. Memikirkan makan mereka. Buat kue. Meski kuenya tak sesuai standar SNI. Sedap nan indah dipandang. Hehe. Kubuat ala kadarnya. Sesuai bahan yg tersedia. Rasanya? Jangan tanya. Anak2ku semuanya lahap tanpa komentar tidak enak. Pdhl ku yg sbg koki kdg merasa makanan yg dibuat jauh dr standar SNI nya mamaku.
Aku kangen jalan bersama mereka dg kereta.
Kangen ketemu temen2.
Dan kangen segalanya yang beraktivitas di luar rumah.